Kamis, 10 Juli 2014

MENJADI TEMAN DAN TELADAN YANG BAIK

Seri Parenting

Menjadi Teman dan Teladan Bagi Anak

Oleh : Nurussalam


Pembaca bulletin Ar Rahmah yang di Rahmati Allah, coba kita simak dialog yang ditulis oleh Dr. Abdurrahim Al Basyir, M.Pd (Direktur Pendidikan EMIISc Jakarta) berikut; 
Seorang siswa di sebuah SMA sambil berkelakar kepada temannya berkata, “Saya sangat senang sekolah di sini, karena cewek-ceweknya cantik, apalagi yang satu kelas denganku. Uhuii….“

Pembaca yang budiman! Apa yang terbayang oleh kita ketika mendengar ucapan itu? Apakah kita merasa “nyaman” atau “risih” mendengarnya? Sungguh ini adalah ucapan yang memberi isyarat nyata bahwa dengan sering terjadinya pertemuan antara siswi dan siswa dalam sebuah kelas atau sekolah, hal itu akan menimbulkan perasaan “mengkhayalkan” satu sama lain.

Lain lagi dengan anak kelas 3 SD yang saya dengar sendiri dialog di antara mereka. Salah seorang di antaranya bertanya kepada temannya dengan lugu, “Kamu sudah punya pacar berapa?” Temannya menjawab, “Aku punya pacar 3.” Sang anak yang bertanya langsung menyambut dengan jawaban yang membuat saya terheran-heran. Dia berkata, “Aku punya pacar 4, tapi sudah putus 3, sekarang tinggal 1, yaitu si “fulanah” (nama temannya disebut).“

Apa pula pendapat kita dengan dialog kedua anak tersebut? Mungkin akan banyak ragam komentar seperti, “Ah itu wajar, namanya juga anak-anak. Paling-paling dia hanya mengikuti ucapan orang yang didengarnya atau hasil dari tontonan yang ada di sinetron atau yang semisalnya.”

“Masya Alloh..! Anak-anak sekarang edan!“

“Astaghfirulloh! Anak-anak sekarang masih ingusan sudah pintar pacaran!“

Apapun komentar kita tentang fenomena ini tidak akan pernah mengubah kenyataan yang terus akan terjadi.
Pandangan orang tua
Pembaca yang budiman, sebagian orangtua beranggapan sekolah yang paling bertanggungjawab dalam mendidik anak-anak mereka. Tugas orangtua hanya membayar biaya sekolah dan memenuhi kebutuhan hidup untuk anak saja. Bahkan ada yang menjadikan sekolah seperti tempat penitipan anak karena orangtuanya sibuk bekerja semua.
Ada juga yang menganggap anak remaja mereka sudah besar jadi tidak perlu bimbingan lagi. Akhirnya anak remaja itu lebih banyak belajar dari teman dan lingkungan pergaulannya. Dari sinilah seorang remaja mengenal berbagai bentuk kenakalan yang bisa berujung kepada tindakan kriminal.
Orang tua sebagai Teman dan Teladan
Ada beberapa tips yang bisa coba kita lakukan sebagai orang tua untuk mengurangi dampak negative lingkungan terhadap perilaku dan pergaulan anak-anak kita, pertama, cobalah untuk menjadi teman bagi mereka. Mulai dari teman FB, teman twitter, teman untuk mendengarkan cerita-cerita tentang teman-temannya. Hal ini untuk menghindari anak-anak curhat ke tempat yang salah.
Yang perlu orang tua perhatikan saat anak-anak kita curhat, adalah mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan jangan ‘meledek’ atau mencemo’oh mereka, berikan tanggapan seperlunya, tidak perlu berlebihan, tetap bersikap wajar apabila dalam cerita tersebut kadang akan membuat kita kaget, karena kemungkinan cerita mereka merupakan perbuatan yang salah menurut agama. Tetaplah bersikap tenang, untuk kemudian meluruskan dengan bahasa yang santun dan berwibawa. Karena kita memposisikan sebagai teman curhat sekaligus orang tua yang harus meluruskan bila ada yang kurang tepat.
Kedua, berusahalah menjadi teladan bagi anak-anak kita. Di setiap kondisi anak-anak selalu memperhatikan setiap perkataan, tindakan dan sikap kita. Untuk itu kita betul-betul berusaha menjadi yang terbaik dimata anak-anak kita, jaga sikap, perkataan dan perbuatan kita, karena anak-anak akan mudah meniru sikap yang kita perlihatkan dihadapan mereka.
Ketika kita menjadi teman di facebook misalnya, berilah komentar yang santun, tapi juga mengarahkan setiap komentar dari teman FB yang lain yang akan merusak cara berpikir kita.
Demikianlah salah satu upaya kita untuk melaksanakan perintah Allah berikut : 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim 66:6).

MEMBIASAKAN ANAK BERSILATURRAHMI

Seri Parenting 


MEMBIASAKAN ANAK-ANAK KITA SENANG BERSILATURRAHIM 


Saat ini kita sedang memasuki Bulan Ramadhan, bulan yang penuh dengan pendidikan dan pelatihan untuk kita sebagai Muslim Muslimah dan menjadi bulan yang sangat penting juga bagi kita sebagai orang tua untuk mendidik dan melatih anak-anak kita berpuasa, shalat, tadarus, bersabar, peduli pada orang yang kurang mampu, dan lain sebagainya. Biasakan anak-anak berpuasa dan jelaskan hikmahnya Untuk itu jangan lewatkan bulan Ramadhan ini lewat begitu saja tanpa manfaat baik bagi diri kita sendiri maupun bagi pendidikan putra-putri kita. Apabila anak-anak kita dilatih berpuasa, sampaikan kepada anak-anak kita bahwa kita sedang menahan rasa lapar dan haus, sebagaimana orang-orang yang kurang mampu menahan rasa lapar dan haus dalam kehidupan sehari-hari mereka karena tidak mampu membeli makanan yang cukup. Biasakan anak-anak membaca Al-Qur’an dan shalat Tarawih Demikian pula ajaklah anak-anak kita untuk ikut shalat tarawih dengan istiqamah selama satu bulan Ramadhan, ajaklah bertadarus Al Qur’an kalau belum bisa baca Al Qur’an membaca buku Iqra’ atau Tilawaty atau Qira’aty atau buku belajar Al Qur’an yang lain setiap hari, dan jelaskan kepada anak-anak kita bahwa ini adalah bulan yang melatih kita agar pada bulan-bulan yang lain kita juga berusaha melakukan ibadah yang sama seperti pada bulan Ramadhan ini, kalau shalat Tarawih bisa diganti dengan shalat tahajjud. Biasakan anak-anak bersilaturrahim Pembaca bulletin Ar-Rahmah yang dirahmati Allah, setelah Ramadhan berakhir biasanya dilanjutkan dengan lebaran yang di Indonesia ada satu kebiasaan untuk bersilaturrahim kepada Orang tua, tetangga, saudara, Nenek, paman, guru, kiyai, sahabat, dll. Kebiasaan ini sangat bagus dan sesuai dengan ajaran Islam, untuk itulah kita perlu membiasakan putra putrid kita agar senang bersilaturrahim, ajaklah putra-putri kita bersilaturrahim kepada nenek atau kakeknya sebagai contoh bagaimana kita terus berbakti kepada kedua orang tua kita, agar kelak mereka juga belajar berbakti kepada kita sebagai orang tua bagi anak-anak kita. Demikian pula kita perlu mengajak anak-anak kita bersilaturrahim kepada tetangga, sanak family, guru dan orang-orang yang shalih, kebiasaan ini akan menjadi kebiasaan juga bagi anak-anak kita kelak apabila mereka kita biasakan bersilaturrahim, apalagi di jaman modern ini, silaturrahim menjadi kegiatan yang sulit dilakukan karena seakan-akan sudah tergantikan dengan alat komunikasi yang serba canggih, padahal itu belum cukup mewakili perintah Allah. Untuk itu mari kita berusaha melaksanakan perintah Allah sebagaimana di dalam Al Qur’an dan hadits Nabi berikut ini : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. An Nisaa : 1) Allah ta’ala juga memerintahkan berbuat baik pada kaum kerabat sebagaimana firman-Nya; Artinya: “Dan Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Serta berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman, musafir dan hamba sahaya yang kalian miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”. QS. An-Nisa’: 36. Juga sabda Rasulullah Shallallahu'alahi Wasallam

 , مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ 

Artinya: “Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.” (HR.Bukhari) Pembaca bulletin Ar-Rahmah yang dirahmati Allah, perlu kita sampaikan kepada putra-putri kita pula bahwa Allah sangat benci kepada orang-orang yang memutus silaturrahim, sebagaimana hadits Nabi SAW. “Sesungguhnya Rahmat itu tidak diturunkan kepada kaum yang di dalamnya ada seorang pemutus keluarga” (HR. Bukhari). “Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi” (HR Tirmidzi). Pernah suatu ketika Rasulullah menggambarkan bagaimana sengsaranya orang yang memutus silaturrahim sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebagai berikut; Pernah ada seseorang yang mengadu kepada Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam, “Wahai Rasul, saya memiliki kerabat yang berusaha untuk kusambung namun mereka memutus (hubungan dengan)ku, aku berusaha berbuat baik padanya namun mereka menyakitiku, aku mengasihi mereka namun mereka berbuat jahat padaku!”. “Andaikan kenyataannya sebagaimana yang kau katakan, maka sejatinya engkau bagaikan sedang memberinya makan abu panas . Dan selama sikapmu seperti itu; niscaya engkau akan senantiasa mendapatkan pertolongan Allah dalam menghadapi mereka”. (HR. Muslim).